Rabu, 22 Agustus 2012

Recycled for Export- Oriented Handicrafts


Recycled Newsprint for Export-Oriented Handicraft ProductsCreative Hands Crafts Industry Center at Kadipiro Solo, Indonesia Maria Hidayati Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mendorong keandalan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir (di sektor mikro). Jumlah dari produk domestik bruto diciptakan oleh kelompok ini pada tahun 2009 mencapai 56,7 persen dari PDB nasional secara total. (Tulus Tambunan, 2009) Nilai dari produk domestik bruto disumbangkan oleh usaha kecil dengan 41,1 persen dan menengah sebesar 15,6 persen. Pertumbuhan PDB UKM sejak tahun 2008 melebihi pertumbuhan nasional jumlah PDB pada jumlah pekerja di sektor UKM tercatat 79 juta pekerja. Dimana 70,3 juta di antaranya bekerja di sektor usaha kecil dan sisanya di sektor usaha menengah. Micro-indikator ekonomi menunjukkan UKM memberikan kontribusi penting mendukung perekonomian Indonesia. Distribusi geografis dari UKM di Indonesia menunjukkan 30 persen secara nasional dalam jumlah UKM di wilayah regional Jawa Tengah. UKM di Jawa Tengah tersebar di berbagai kluster; seperti ukiran kayu, batik, tenun, ukiran batu, logam cor, keramik & tembikar dan tenun. Dari setiap kluster tersebut didukung mayoritas dari industri kecil, yang mana mereka harus bekerja keras untuk menyiasati pasang surut volume permintaan produk mereka. Desain inovatif dan terobosan baru diperlukan untuk melakukan redesain atas produk mereka. Seperti halnya tren perubahan permintaan ekspor dibidang kerajinan unik berbahan limbah, jika sebelumnya tingkat permintaan model mebel berbahan limbah enceng gondok sangat tinggi dan digemari di Eropa dan Australia, namun nampaknya model mebel berbahan baku enceng gondok menyisakan berbagai permasalahan yang belum juga teratasi seperti jamur, pewarnaan dan ketahanan terhadap cuaca. Pemikiran pembaharuan muncul dari Sukoharjo, Ali Maksum salah satu pengusaha Mebel Sukoharjo yang lama berkecimpung dengan bahan2 mebel seperti rotan, pelepah pisang dan enceng gondok mulai melakukan terobosan dan pengujian membuat pilinan tali berbahan limbah kertas semen maupun limbah kertas pabrikan (kraf) yang ditangannya dapat disulap menjadi produk-produk mebel yang cantik yang tak kalah dengan mebel berbahan kayu jati. Varian produk yang dihasilkan saat ini seperti kursi makan, meja, kursi pantai, box susun, almari yang mana kesemuannya di ekspor ke luar negeri (100% ekspor), sementara pasar dalam negeri belum sempat tergarap. Minat akan produk-produk ini adalah pasar Eropa dan Asia Timur, mereka menyukai produk- produk furniture berbahan alam yang berbahan "recycle-reuse". Kendala saat ini adalah kesiapan bahan baku untuk menunjang permintaan pasar ekspor, dimana selama ini bahan baku dikejakan secara manual dan minimal menggunakan alat boor yang mempekerjakan penduduk di Boyolali sebagai bentuk kepedulian sosial Ali Maksum di daerahnya. Bahan baku untuk membuat mebel dari kayu atau rotan sebagai kerangka, kertas bekas dan bahan penolong untuk proses produksi dan finishing. Kayu dan rotan bahan baku yang melimpah mengingat lokasi UKM di rotan furnitur kayu industri /. Bahan yang digunakan kertas dipasok oleh pemasok di solo kota dari limbah pabrik (kraft sisa kertas) dan masyarakat sekitar UKM (kertas semen bekas, kertas koran yang digunakan). Ketersediaan bahan baku tidak bermasalah, karena dapat berlanjut dalam jangka panjang. Bahan tambahan seperti lem, pernis dan cat yang tersedia di pasar dengan harga terjangkau. Saat ini kendala kebutuhan bahan baku telah teratasi dengan adanya tim pengabdian masyarakat Polines dengan skim IBPE Dikti. Tim pengabdian masyarakat Polines telah selesai merancang model mesin pilin 10 line untuk menjawab kebutuhan UKM akan bahan baku tali kertas sepanjang 15 meter dengan diameter pilinan 2,5' dan 5'. Mesin seri pertama ini telah diujicobakan dapat menyelesakan tali 15mx10 dalam 12 detik sehingga memberikan nilai manfaat menujang keberlanjutan industri ini.

0 komentar:

Posting Komentar